Senin, 16 Mei 2011


Gempa 6,1 SR Goyang Tenggara Blitar 

Selasa, 17/05/2011 07:33 WIB
Jakarta, - Gempa kembali mengguncang pulau Jawa. Kali ini gempa berkekuatan 6,1 skala richter mengguncang kawasan Blitar, Jawa Timur, dan sekitarnya.

Berdasarkan informasi dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pukul 07.14 WIB, Selasa (17/5/2011).

Pusat Pusat Gempa berada di 170 km arah tenggara Blitar dengan kedalaman 25 km. Belum diketahui apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak.

Dampak gempa tersebut juga belum diketahui, termasuk apakah ada kerusakan maupun korban jiwa yang ditimbulkan.

Minggu, 08 Mei 2011

PROSES PENGERJAAN BENDA KERJA
II.1. Teori dasar.
II.1.1. Proses permesinan.
            Proses permesinan adalah merupakan salah satu dari beberapa metode umum yang digunakan untuk menghasilkan bentuk ukuran akhir suatu produk perkomponen.
Proses permesinan diklasifikasikan sebagai berikut :
1)      Menggergaji ( sawing )
2)      Menyekrap ( shaping )
3)      Membubut ( turning )
4)      Mengefrais ( miling )
5)      Menggurdi ( boring )
6)      Menggerinda ( grinding )
Sedangkan variabel – variabel proses ini adalah :
1)      Material pahat dan bentuk geometriknya
2)      Material benda kerja
3)      Parameter / kondisi proses pemotongan
4)      Larutan pendingin
5)      Karateristik dari mesin perkakas seperti stiffness dan damping
Setelah itu parameter – parameter yang dihitung maupun ditentukan pada proses permesinan ini adalah kondisi pemotongan ( CUTTING CONDITION ) yang meliputi :
1.      Kecepatan potong ( V ) didefinisikan sebagai kecepatan linier maksimum antara pahat dan benda kerja, dimana kecepatan potong dipengaruhi oleh diameter benda kerja dan putaran sehingga dapat dirumuskan :
 V = π . D . n / 1000       ( m/menit )
2.      Gerak makan  ( f ) dan kecepatan makan ( vf ) didefinisikan sebagai gerak lateral pahat relatif terhadap benda kerja pada waktu proses permesinan berlangsung. Proses bubut, gerak makan adalah pergerakan pahat persatuan putaran benda kerja dan satuan ukur dalam ( mm/putaran ) dan dirumuskan sebagai berikut :
             vf  = f . n . z    ( mm/menit )
3.      Kedalaman ( a ) adalah lebar geram yang dibuang pada operasi pemotongan kasar dan halus diperkecil dari pemotongan kasar dirumuskan berikut ini :
 a = Do – D1 / 2   ( mm )
4.      Waktu pemotongan ( t ) adalah waktu yang diperlukan untuk memotong benda kerja dan merupakan fungsi dari ukuran benda kerja, a, f, dan V dirumuskan :
tm = np ( L – ΔL ) / vf           ( menit )
Dimana :
np                     = lintasan pemotongan
np bubut              = ( Do – D1 /2.a )
np frais               = ΔH/α. + W/α . D
L                      = panjang benda kerja
ΔL                   = jarak tambah untuk pembebasan pahat dengan  benda kerja
 α                     = faktor overlap pahat ( 0,00 ÷ 1 )
ΔH                   = tebal bahan yang akan difrais
II.1.2. Waktu Produksi
            Adapun rumus yang akan digunakan pada perhitungan waktu proses permesinan ini adalah :
            Tpr = Tm + Th + Tt . ( Tm / T )
Dimana :
Tm = waktu pemotongan
Th = waktu pemindahan bahan
Tt = waktu penggantian pahat
( Tm / T ) = jumlah komponen yang dapat dihasilkan sebelum umur pahat habis
T = umur pahat
Tpr = waktu produksi
II.1.3 Ongkos Produksi produk
            Dalam penentuan ongkos produksi per produk dapat dipakai rumusan sebagai berikut:
            Cpr       = Cs / Nb + Cm / Nb + Cr + Co + Cb
            Cpr       = Ongkos produksi perkomponen
            Cs        = Ongkos seting untuk jumlah komponen
            Cm       = Ongkos mesin, operator, NC programmer overhead pabrik.
            Cr         = Ongkos mata pahat
            Cb        = Ongkos material produksi
            Co        = Ongkos operasi
            Nb        = jumlah komponen yang akan dibuat
II. 2. Contoh perhitungan
II.2.1 Proses pembubutan 1
            Diameter  benda kerja ( D0 ) = 135  mm, akan dijadikan ( D1 ) = 133,35 mm dan panjang benda kerja ( L0 ) = 90 mm, akan di bubut sepanjang ( L1 ) = 2,5 mm. maka
            - kedalaman pemotonganya ( a1 ) :
              a1 = ( 135 – 133,35 ) / 2 = 0,0825 mm
            - waktu pemotongan ( tml  ) :
Bahan benda kerja baja karbon rendah dengan V = 30 m/menit
- jenis bahan pahat baja carbide dengan V = 130 mm/menit
dimana :  L1 = 1 mm dan ΔL = 2 mm
n = ( 130 . 1000 ) / ( π .135 ) = 306,5 rpm ( diambil 300 rpm )
-    kecepatan makan ( vf )
dimana f = 1 mm/putaran dan Z = 1
Maka :
vf = 1 . 300 . 1 = 300 mm/menit
- waktu pemotongan ( tm ) :
tm = np . ( L1 – ΔL ) / vf = 1 ( 25,4 + 2 ) / 300 = 0,092 menit
II.2.2 Proses pembubutan 2
            Diameter 1 ( D1 ) = 133,35 mm, akan dijadikan diameter ( D2 ) = 69,85 mm sepanjang   L2  = 6,35 mm, sehingga :
            - kedalaman pemotongan ( a2 ) :
            a2 = ( D1 + D2 ) / 2 = ( 133,35 – 69,85 ) / 2 = 31,75 mm
            - waktu pemotongan ( tm2 ) :
            dimana : np= 13 x lintasan pahat ( setiap pemakanan sedalam 2,5 mm )
            Maka :
            tm2 = np . ( L2 – ΔL ) / vf  = 13 . ( 6,35 + 2 ) / 300 = 0,36 menit
II.2.3. Proses Pembubutan
            Diameter 1 ( D1 ) =133,35 mm, akan dijadikan diameter ( D2 ) = 69,85 sepanjang L3 = 57, 86 mm, sehingga :
- Kedalaman pemotongan ( a3 ) : adalah sama dengan a2
- Waktu pemotongan ( tm3 ) :
dimana : np = 13 x lintasan pahat.
Maka :
tm3 = np ( L3 – ΔL ) / vf  = 13 ( 57,86 + 2 ) / 300 = 2,6 menit
II.2.4. Pembubutan Radius
            Dalam pembubutan rasius ini kedalaman pemotongan dilakukan  2 kali pemakan sehingga :
- Waktu pemotongan ( tm4)
   Dimana :   L4   = 6,35 mm
Maka
            tm4 = np . ( L4 – ΔL ) / vf = 2. ( 6,35 + 2 ) / 300 = 0,056 menit
II.2.5. Pembubutan Cela ( grooving )
            Pembubutan celah untuk pembebasan pahat sewaktu membuat ulir agar tidak terjadi tabrakan. Dengan ukuran a5 = 0,25” / 6,35 mm dan  L5  = 0,25” atau 6,35 mm.
- waktu pemotongan ( tm5 )
   Dimana :  np   = diambil 5 x pemakanan
                    vf     = 150 mm/menit
                    ΔL = 2 mm
maka :
tm5 = np. ( L5 – ΔL ) / vf = 5 . ( 6,35 + 2 ) / 150 = 0,278 menit
II.2.6 Pembuatan Ulir 2,750.4UNF.2A
            Diameter 2 ( D2 ) = 69,85 mm, panjang ulir yang akan dibuat ( L6 ) = 54,86 mm dan tinggi ulir yang akan dibuat ( a6 ) = 3,75 mm, dimana kecepatan makan untuk pembuatan ulir adalah :
            Dimana:  f = 0,5 mm/putaran
                           n = 70 rpm
                           Z = 1
Maka :
vf = f . n . Z = 0,5 . 70 . 1 = 35 mm/menit
Sehingga:
-     waktu pemotongan ( tm6 ) dengan  np  = 8 x lintasan pahat
tm6 = np . ( L6 - ΔL ) / vf = 8 . ( 54,86 + 2 ) / 35 = 12,997 menit
II.2.7. Pembuatan lubang dengan senter drill
            Pembuatan lubang dengan senter drill bertujuan untuk membuat lubang yang lebih besar dan dalam sehingga membutuhkan waktu, maka waktu proses senter drill:
            Dimana :  np = 1 ( menusuknya senter drill ke benda kerja )
                            L7 = 6 mm dan ΔL = 2 mm dan vf = 300 mm / putaran.
            Maka
tm7 = np . ( L7 - ΔL ) / vf = 1 . ( 6 + 2 ) / 300 = 0,027 menit
II.2.8. Proses pengeboran tingkat pertama
            Panjang yang akan di bor ( L0 ) = 83,26 mm  dan ΔL = 2 mm serta  np  = 1, bahan bor baja HSS dengan  V = 30 m/menit sedangkan diameter bor 10 mm, maka didapat putarannya ( n ) = 954,9 rpm diambil 1000 rpm, f = 1 mm/putaran dan Z = 1 sehingga :
            vf  = 1 . 100 . 1  = 1000 mm/menit.
            - waktu pemotongan ( tm8 ) :
tm8 = np . ( L0 - ΔL ) / vf = 1 . ( 83,26 + 2 ) / 1000 = 0,085 menit
II.2.9. Proses pengeboran tiga tingkat kedua
            Panjang yang akan dibor ( L0 ) = 83,26 mm dan ΔL = 2 mm serta  np  = 1, Bahan bor baja HSS dengan V = 30 m/menit sedangkan diameter bor 20 mm, maka didapat putarannya ( n ) = 477,46 rpm diambil 500 rpm, f = 1 mm/ putaran dan Z = 1 sehingga :
            vf = 1 . 500 . 1 = 500 mm/menit
            - waktu pemotongan ( tm9 ) :
tm9 = np . ( L0 - ΔL ) / vf = 1 . ( 83,26 + 2 ) / 500 = 0,17 menit
II.2.10. Proses pengeboran tingkat ketiga
            Panjang yang akan dibor ( L0 ) = 83,26 mm dan ΔL = 2 mm serta np = 1, bahan bor baja HSS dengan V = 30 m/menit sedangkan diameter bor 40 mm, maka didapat putarannya ( n ) = 238,7 rpm diambil 300 rpm , f = 1 mm/putaran dan Z = 1 sehingga :
              Vf = 1 . 300 . 1 = 300 mm/menit.
            - waktu pemotongan ( tm10 ) :
            tm10 = np . ( L0 - ΔL ) / vf = 1 . ( 83,26 + 2 ) / 300 = 0,284 menit
II.2.11. Proses pembubutan diameter dalam
            Lubang yang akan dibubut adalah 41,275 mm, sedangkan diameter yang sudah ada berdiameter 40 mm,sehingga :
-    kedalaman pemotongan :
a11 = ( 41,275 – 40 ) / 2 = 0,6375 mm
-    Putaran spindelnya diambil n = 150 rpm, hal ini  disebabkan untuk pembubutan dalam, dimana : np = 1 x lintasan pahat dan f = 0,2 mm/putaran Maka :
vf = 0,2 . 150 . 1 = 30 mm / menit
-    Waktu pemotonganya :
            tm11 = np . ( L0 - ΔL ) / vf = 1 . ( 83,26 + 2 ) / 30 = 2,842 menit

II.2.12. Proses pembuatan 4 lubang bertingkat dengan mesin frais
            Dalam pembuatan lubang ini dilakukan secara bertingkat dengan diameter yang pertama 8 mm sedalam 19,05 mm dan kedua 10,31 mm sedalam 9,525 mm pada lubang 4 lubang ini ukuran sebenarnya adalah 0,406 Thru 4.holes.EO.AP. Dimana putaran yang dipakai adalah n = 150 rpm pada posisi pahat vertikal sehingga waktu pemotongan dipakai rumus :
            tm12 = np . ( Ln – ΔL ) / vf
Dimana : vf = 150 mm/menit, f = 1 mm/putaran  dan np = 1 x  lintasan pahat.
Maka :
            tm12 = np . ( L1 - ΔL ) / vf = 1 . ( 19,05 + 2 ) / 150 = 0,14 menit dan                tm13 = np . ( L2 - ΔL ) / vf = 1 . ( 9,525 + 2 ) / 150 = 0,077 menit
II.3. Waktu Produksi per Komponen
            Penjualan hasil dari perhitungan waktu per proses permesinan adalah waktu produksi per komponen adalah :
tm-total = tm1 + tm2 + tm3 + tm4 + tm5 + tm6 + tm7 + tm8 + tm10 + tm11 + tm12 + tm13
= 0,092 + 0,36 + 2,6 + 0,056 + 0,278 + 2,997 + 0,027 + 0,085 + 0,17 + 0,284        +  2,842 + 0,14 + 0,077 menit = 20,008 menit (dibulatkan 20 menit)
II.3.Waktu penyiapan peralatan
            Dalam penyiapan peralatan dibutuhkan beberapa jenis waktu yang dibutuhkan antara lain :
            - Waktu pemindahan panda kerja ( Th ) = 3 menit
            - Waktu pergantian pahat ( Tt ) = 5 menit
            - Umur pahat ( T ) = 180 menit ( diasumsikan )
            - Waktu produksi per komponen ( Tm ) = 25 menit
            dimana waktu produksi per komponen (  Tpr  ) adalah :
                              ( Tpr ) = ( Tm ) + ( Th ) + ( Tt ) . ( Tm/T )
            Maka :
                      ( Tpr ) = 20 + 3 + 5 . ( 20/180 ) = 23,56 menit
            Jadi dalam proses pembubutan benda kerja menjadi komponen peralatan dibutuhkan waktu sebesar 23,56 menit.
III.ONGKOS TOTAL PER PRODUK
1)      Ongkos material per produk ( Cb ) = Rp 10.000,-
2)      Ongkos seting per produk ( Cs ) = Rp 150.000,- / 60 buah = Rp. 2.500,-
3)      Ongkos mesin, operator, CNC programmer, overhead pabrik per produk ( Cs ) = Rp. 150.000,- / 60 buah = Rp. 2.500,-
4)      Ongkos mata pahat per produk ( diganti setiap 15x produksi ) ( Cr ) = Rp. 1.000,-
5)      Ongkos proses permesinan per produk ( Co ), dimana pada ongkos ini  adalah :   tpr  x  ( ongkos sewa tempat, ongkos langsung, ongkos tidak langsung, ongkos tetap ) = 23,56 x Rp. 750,- = Rp. 17.670,-



IV.KESIMPULAN
            Jadi ongkos total produksi per komponen / produk adalah :
                      Cpr = Cs / Nb + Cm / Nb + Cr + Co + Cb
            Cpr = Rp. 2.500,- + Rp. 2.500,- + Rp. 1.000,- + Rp. 17.670,- + Rp, 10.000,-
                   = Rp. 33.670,- ( dibulatkan Rp. 34.000,- ) / komponen.


2. DASAR-DASAR PERANCANGAN PABRIK (PLANT DESIGN).  

Istilah ataupun pengertian desain suatu pabrik (plant design) dan pengaturan tata letak pabrik (plant layout) seringkali membingungkandan diartikan sama. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai arti yang berbeda, meskipun ada kaitanya satu dengan lainnya dengan plant design pengertian yang ada lebih luas lagi, yaitu meliputi:
•  perencanaan financial
•  penentuan lokasi pabrik, dan
• seluruh perencanaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik pabrik.
Secara umum desain pabrik ini dapat didefinisikan sebagai “the overall design of enterprise”. Selanjutnya dengan tata letak pabrik aktivitas perencanaan disini lebih terbatas, yaitu sekedar suatu perencanaan/pengaturan segala fasilitas-fasilitas industri guna menunjang berlangsungnya proses produksi secara optimal. Dari definisi tersebut diatas jelaskan bahwa perencanaan  tata letak adalah merupakan salah satu aktivitas yang harus dilaksanakan didalam desain pabrik secara keseluruhan. Selanjutnya didalam perencanan design pabrik secara efektif beberapa elememn-elemen dasar berikut ini harus diperhatikan diperhatikan sebaiknya-baiknya, yaitu:

a. KEKUATAN MODAL (ACQUISITION OF CAPITAL).
Modal yang dipelukan untuk suatu industi dapat dibagi dalam tiga katagori, yaitu:
•  Modal atau kapital yang diperlukan pada saat produksi akan dimula
Contoh : pengadaan peralataan/fasilitas yang diperlukan untuk produksi.
• Modal atau kapital yang diperlukan untuk pelaksanaan operasi produksi (operating cost). Contoh : pengadaan bahan baku, labor, costs, over head costs, dan lain-lain.
•  Modal dan kapital yang diperlukan untuk menghadapi kemungkinan perluasan atau ekspansi pabrik.

Pada umumnya sumber utama untuk modal atau capital akan bisa diperoleh dari tabungan pribadi, pinjaman / kredit bank, penjualan saham, dan/ atau keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan.


b. RANCANGAN PRODUK (PRODUCT DESIGN)
Design suatu produk adalah merupakan dasar utama dalam proses perencanaan tata letak pabrik. Macam dan bentuk produk yang akan dibuat—begitu pula dengan jumlah-nya—akan menentukan macam proses produksi yang diperlukan. Macam proses produksi ini jelasnya akan menyangkut macam dan jumlah mesin serta fasilitas penunjang produksi lainnya yang dibutuhkan. Pada dasarnya disini ada tiga produk yaitu:

• Aspek fungsi (design for function).
Suatu design produk yang baik harus sanggup berfungsi sesusai dengan kehendak dari kostomer yang membutuhkannya. Kekuatan (strength)dan daya tahan (wearability) dari produk dan komponennya harus lah benar-benar dipertimbangkan dalm hal ini.

Aspek kemudahan untuk bisa dibuat (design for making).
Suatau produk yang didesign dan menunjukan fungsinya dengan tingkat keteradalan yang tinggi akan tidak ada artinya bila tidak memungkinkan untuk dibuat dengan mudah. Karena suatu produk akan menentukan tingkat teknologi yang diperlukan untuk proses manufakturinnya, maka pemilihan bahan baku sampai ke peralataan pembantu komponen-komponen standart adalah satu hal yang sangat penting didalam proses desain produk.

c.       PERENCANAAN VOLUME PENJUALAAN (SALES PLANING FOR        REQUIRREMENTS)
Salah satu informasi yang sangat berharga didalam sistem produksi adalah besarnya volume produksi yang dikehendaki oleh consumer. Informasi ini terutama sekali berguna didalam menentukan jumlah dan kapasitas mesin yang harus disediakan. Untuk menetapkan jumlah produk yang harus dibuat ini, maka suatu aktivitas survey pasar akan dibuat disamping tentunya bisa pula dilaksanakan dengan metode peramalan produksi (forecasting) berdasarkan data penjualan yang telah lampau.

d. PEMILIHAN PROSES PRODUKSI (SELECTION OF THE PRODUCTION PROCESS).
Patut disadari banwa perencanaan proses produksi akan berkaitan dengan perencanaan tata letak pabrik. Tahan pemilihan prosese produksi ini didalam manajemen industri lazim dikenal dengan istilah tool engineering yang  didefinisikan sebagai “a specialized branch of engineering devoted primarily tro planning the processes of economic manufactur”. Dalam hal tool engineering ini, maka beberapa macam pertimbangan ekonomis harus dibuat, seperti:
• Penentuan macam/tipe teknologi dari mesin perkakas yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.
• Penentuan raw material terbaik untuk menghasilkan produk yang dikendaki
• Penentuan rate of material dari capital yang ditanamkan

Perencanaan proses produksi banyak sekali menimbulkan problem estimasi biaya.
Estimasi atau perkiraan biaya dari bermacam-macam alternative proses produksi akan merupakan landasan utama dalam penilaian proses produksi yang di anggap paling optimal. Macam operasi – demikian juga dengan langkah-langkah pengerjaan – harus ditentukan dengan sebaik-baiknya. Didalam perncanaan tata letak pabrik,informasi ditentukan dengan sebaik-baiknya. Didalam tata letak perencanaan pabrik,informasi mengenai tahapan proses ini merupakan datra yang sangat berharga sekali untuk siksesnya perencanaan yang dibuat.

e.ANALISA BUAT ATAU BELI  (MAKE ORBUY ALAYSIS)
Masalah pendirian suatu pabrik sangat tergantung sekali dengan keputusan apakah beberapa produk/komponen yang akan kita buat sekalian ataukah cukup dengan jalan membeli saja dari pabrik yang lain. Analisa buat atau beli mempunyai beberapa keuntungan yaitu antara lain :
• mengurangi biaya material dan proses produksi
• mengurangi jumlah modal atau capital yang diperlukan untuk pembelian material sebagai stock dan pengadaan mesin serta fasilitas penunjang proses produksi lainnya.
• menyederhanakan macam produk (product mix) yang harus di buat.
Pada dasarnya keputusan apakah suatu produk akan dibuat atau dibeli merupakan persoalan di dalam analisa ekonomi teknik yang dalam hal ini biasanya digunakan metode break even analysist.

f. SIZE DARI PABRIK (PLANT SIZE)
penentuan size dari suatu pabrik akan sangat bergantung pada volume produk yang akan dihasilkan. Untuk ini suatu estimasi dari besarnya produksi yang hendak dibuat akansangat penting artinya. Demikian juga besar modal yang ditanamkan untuk fasilitas produksi akan ilut menetukan tidak hanya total volume yang akan diproduksi akan tetapi juga siklus waktu dari operasi produksinya.
g.HARGA JUAL DARI PRODUK (PRODUCT’S PRICE)
Suatu keputusan yang hsrus direncanakan dari awal diambil oleh manajemen adalahmenentukan harga  jual dengan harapan produk yang dihasilkan akan mampu bersaing dengan produk serupa yang dihasilkan oleh pabrik lain. Keputusan yang diambil untuk harga jual ini terutama sekali akam mempengaruhi pula kualitas produk yang dihasilkan dan juga proses pembuatannya.

h.LOKASI PABRIK DIDIRIKAN (PLANT LOCATION)
Pemilihan lokasi pabrik akan didirikan sangat dipengaruhi banyak factor yang mana tept tidaknya penentuan lokasi ini menyangkut pada kesuksesan modal yang ditanamkan untuk pendirian pabrik tersebut. Bagian yang p[aling sulit di analisis lokasi pabrik ini adalah penentuan criteria-kriteria yang dibutuhkan guna menghasilkan alternative yang terbaik.

i.TATA LETAK PABRIK (PLANT LAYOUT).
Tata letak pabrik adalah merupakan salah satu langkah didalam perencanaan suatu pabrik secara lebih luas. Meskipun tata letak pabrik ini merupakan phase yang penting dalam perencanaan pabrik,akan tatapi bebrapa maasalah lain seperti yag telah disebutkan terdahulu adalah juga tidak kalah pentingnya untuk ikut dipertimbangkan.

j.PEMILIHAN TIPE BANGUNAN PABRIK (BUILDING-TYPE SELECTION)
Pada prinsipnya bangunan pabrik harus mamu melindungi – baik dari segi keamanan maupun keselamatan – segala fasilitas-fasilitasproduksi didalamnya.Suatu perencanaan tata letak pabrik yang baik adalah terlebih dahulu mengatur fasilitas-fasilitas produksi yang akan dipakai, barukemudian didirikan bangunan pabrik disekitarnya.

k.KEMUNGKINAN PERUBAHAN MACAM PRODUK YANG AKAN DIBUAT (PRODUCT DIVERSIFICATION)
Manajemen industri seringkali dihadapkan pada pilihan untuk mengadakan perubahan dalam proses pembuatan produk yang sama sekali berlainan. Fleksibilitas terhadap kemingkinan ini sering membawa masalah didalam proses perencanaan pabrik dan juga tata letak yang ada. Dengan mengembangkan suatu produk yang jauh berbeda – baik dari segi desain maupun tahapan proses pengerjaannya – sering hal ini memungkinkan industri berkembang dan mengambil keuntungan yang besar.

l. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI PABRIK (ORGANIZATIONAL DEVELOPMENT).
Dalam merencanakan suatu pabrik,struktur organisasi dari pabrik akan digunakan juga sebagai analisis kelancaran proses produksi yang ada. Sekali tujuan umum dari perusahaan secara jelas didefinisikan, langkah selanjutnya adalah menjabarkannya sebagai tujuan dan target-targetnya yang lebih spesifik untuk berbagai macam bagian dari strukturorganisasi yang ada. Keaneka ragaman dari berbagai macam fungsi ini akan mempengaruhi juga proses pengaturan segala fasilitas produksi yang diperlukan

Dusun Ambo

Asal-Usul Suku Kubu Jambi

1.Pengantar

Desamu pernah kedatangan kafilah suku Kubu?, hingga saat ini jalan 22 unit 3 masih kerap disambangi pribumi asli Jambi ini. Hal yang sama juga terjadi di jalan 23 unit 3, kafilah ini biasanya bermukim diantara sekolah dasar 334/II dan jalan 23 unit 3. Jambi adalah sebuah propinsi yang ada di Indonesia. Di sana ada sebuah masyarakat yang dikategorikan sebagai terasing, yaitu masyarakat Kubu. Mereka tersebar secara mengelompok di daerah pedalaman (hutan) pada beberapa kabupaten yang tergabung dalam wilayah Provinsi Jambi, yakni: Bungo Tebo, Sarolangun Bangko dan Batanghari. Ini artinya hanya Kotamadya Jambi, Kerinci, dan Tanjungjabung yang “bebas” dari orang Kubu. Mungkin inilah yang kemudian membuat seseorang jika mendengar kata “Kubu” maka yang ada di kepalanya adalah Jambi, walaupun orang Kubu ada juga di daerah Sumatera Selatan; tepatnya di Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas (Melalatoa, 1995).
Pada tahun 2000, tepatnya tanggal 23 Agustus 2000, sebagian wilayahnya diresmikan sebagai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan, dan dideklamasikan oleh Presiden RI pada tahun 2001 di Jambi. Taman yang merupakan kawasan hutan konservasi ini secara keseluruhan luasnya 60.500 hektar, dengan rincian: 6.758 hektar ada di wilayah kabupaten Sarolangon, 40.669 hektar ada di Kabupaten Batanghari, 12.483 hektar ada di Kabupaten Tebo (ada selisih 590 hektar dengan yang disebutkan dalam SK Menteri Kehutanan). Ini artinya, TNBD yang secara astronomis terletak di antara 1º45’–1º58’ Lintang Selatan dan 102º32’–102º59’ Bujur Selatan ini, secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten yang bersangkutan.

Alamnya berupa dataran rendah, bergelombang (dengan kemiringan 2–40º Celcius) dan perbukitan dengan ketinggian 50–438 meter dari permukaan air laut. Bukit tertinggi adalah Bukit Kuran yang tingginya kurang lebih 438 meter dari permukaan air laut. Perbukitan itu sebagian besar diselimuti oleh hutan sekunder, bekas areal konsesi HPH. Hutan alam yang masih tersisa, selain terdpat di areal cagar biosfer Bukit Dua Belas, juga di bagian utara cagar tersebut yang sebagian besr berstatus sebagai Hutan produksi Terbatas (HPT), dan sebelah timur cagar yang luasnya terbatas. Hutan ini merupakan hutan tropis dataran rendah yang menjadi habitat satwa liar, seperti tapir (tapirus indicus), dan harimau sumatera (panthera tigris sumatera). Jenis tanahnya didominasi oleh podsolik yang tidak terlalu subur dan mudah tererosi.
Wilayah yang disebut sebagai Bukit Dua Belas ini berada di bagian tengah Propinsi Jambi. Ia berada di antara jalur-jalur perhubungan darat, yakni di antara lintas tengah dan timur Sumatera, serta lintas tengah Jambi. Ia juga diapit oleh empat sungai yang cukup besar, yakni Sungai: Batang-hari yang berada di bagian utara, Tabur yang berada di bagian barat, Tembesi yang berada di bagian timur, dan Merangin yang berada di bagian selatan.

2. Asal Usul Berdasarkan Kelisanan

Ada berbagai versi tentang asal-usul orang Kubu. Versi pertama mengatakan bahwa mereka berasal dari Sumatera Barat. Konon, mereka adalah orang-orang yang tidak mau dijajah oleh Belanda. Untuk itu, mereka masuk ke hutan dan mengembara sampai akhirnya ada di daerah Jambi.
Versi kedua mengatakan bahwa mereka adalah tentara yang tersesat. Konon, pada zaman Kerajaan Jambi diperintah oleh Putri Selaras Pinang Masak, kerajaan diserang oleh Orang Kayo Hitam yang menguasai Ujung Jabung (Selat Berhala). Serangan itu membuat Jambi kewalahan. Untuk itu, Ratu Jambi yang notabene adalah keturunan Kerajaan Minangkabau mohon bantuan kepada Raja Pagaruyung. Dan, Sang Raja memperkenankan permohonannya dengan mengirimkan pasukan ke Jambi melalui jalan darat (menyusuri hutan belantara). Suatu saat ketika sampai di Bukit Duabelas mereka kehabisan bekal, padahal sudah jauh dari Pagaruyung dan masih jauh dari Jambi. Kemudian, mereka bermusyawarah dan hasilnya kesepakatan untuk tetap tinggal di tempat tersebut, dengan pertimbangan jika kembali ke Pagaruyung disamping malu juga bukan hal yang mustahil akan dihukum oleh rajanya. Sementara itu, jika meneruskan perjalanan ke Jambi disamping masih jauh juga bekal tidak ada lagi. Kemudian, mereka bersumpah untuk tetap tinggal di tempat itu dengan ketentuan siapa saja melanggarnya akan terkutuk dan hidupnya sengsara. Sumpah itu adalah sebagai berikut:
“Ke mudik dikutuk Rajo Minangkabau, ke hilir kena kutuk Rajo Jambi, ke atas tidak berpucuk, di tengah-tengah dimakan kumbang, kebawah tidak berurat, ditimpo kayu punggur” (Kembali ke Minangkabau dikutuk Raja Minangkabau, ke hilir dikutuk Raja Jambi, ke atas tidak berpucuk, di tengah-tengah dimakan, kumbang, ke bawah tidak berakar, ditimpa kayu lapuk).
Para tentara Pagaruyung yang membawa isteri dan tersest di Bukit Duabelas itulah yang kemudian menurunkan orang Kubu. Terpilihnya bukit ini sangat beralasan karena di sana banyak batu-batu besar yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai benteng. Selain itu, di sana asa sumber air dan sungai-sungai kecil yang menyediakan berbagai jenis ikan yang sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup mereka.
Versi ketiga mengatakan bahwa orang Kubu adalah keturunan Bujang Perantau dan Puteri Buah Gelumpang. Konon, pada zaman dahulu ada seorang perantau laki-laki yang bernama Bujang Perantau. Ketika perantau itu sampai di Bukit Duabelas, suatu malam ia bermimpi. Di dalam mimpinya ia disuruh agar mengambil buah gelumpang, kemudian buah itu dibungkus dengan kain putih. Jika itu dilakukan maka akan timbul keajaiban. Begitu bangun, ia langsung melakukannya. Buah gelumpang yang dibungkus dengan kain putih itu menjelma menjadi seorang puteri yang sangat cantik (Puteri Buah Gelumpang). Setelah besar, Sang Puteri mengajak kawin. Akan tetapi, Bujang Perantau menjawab bahwa tidak ada orang yang mau mengawinkan. Mendengar jawaban itu Sang Puteri menyarankan agar Bujang Perantau menebang pohon bayur kemudian dikupas agar licin dan dilintangkan di sungai. Bujang Perantau disuruhnya meniti dari salah satu ujung batangnya. Sementara, Puteri Buah Gelum-pang meniti dari ujung yang satunya lagi. Jika di tengah titian tersebut mereka bertemu dan beradu kening, maka itu berarti syah menjadi suami-isteri. Dan, ternyata mereka dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu, mereka syah menjadi suami-isteri. Perkawinan mereka membuahkan 4 orang anak, yaitu Bujang Malangi, Bujang Dewo, Puteri Gading, dan Puteri Selaro Pinang Masak. Anak pertama disebut pangkal waris dan anak terakhir disebut ujung waris.
Alkisah, Bujang Malapangi dan Puteri Selaro Pinang Masak keluar hutan dan mendirikan kampung. Dan, ini berarti mengikuti jejak ayahnya sebagai orang terang. Sementara itu, Bujang Dewo dan Puteri Gading tetap berada di hutan mengikuti jejak ibunya sebagai Orang Rimbo. Perpisahan kedua kelompok saudara ini menimbulkan perselisihan, tetapi masing-masing tetap mengakui sebagai kerabat. Untuk itu, perlu dibedakan antara yang berkampung dengan yang tetap di hutan dengan persumpahan. Sumpah Bujang Malapangi yang ditujukan kepada Bujang Dewo adalah sebagai berikut:
“Yang tidak menyam-but arah perintah diri waris dusun, bilo waris menemui di rimbo dilancungkan dengan maka seperti babi, biawak, tenuk, dan ular sawa; keno kutuk ayak pertuanan, keno sumpah seluruh Jambi ….”. Artinya dari sumpah ini ialah bahwa orang Rimbo itu adalah orang yang tidak mau nurut saudara tua (pangkal waris), bila saudara tua menemuinya di hutan disuguhi babi, benuk, biawak, dan ular (semua binatang ini, orang terang dilarang memakannya); bakal dimarahi seluruh orang Jambi.
Sumpah Bujang Dewo ditujukan kepada Bujang Malapangi yang sudah menjadi orang Terang:
”Di air ditangkap buaya, di darat ditangkap harimau kumbang, d-itimpo kayu punggur, ke atas dikutuk pisau kawi, ke bawah keno masrum kalimah Allah, di arak kabangiyang, ditimpo langit berbelang, ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berakar, …. dan orang yang berkampung itu adalah: “berpadang pinang, berpadang kelapo, dislamkan, rapat dilur rencong di dalam, bersuruk budi bertanam akal, berdaging dua, bergantang dua, bercupak dua”. Arti dari sumpah itu ialah bahwa orang yang berkampung itu adalah orang yang celaka ibarat orang yang kemanapun celaka, ke air dimakan buaya, ke darat dimakan harimau, ditimpa kayu punggur, dikutuk oleh senjata keramat, terkena laknat kalimah Allah, selalu diikuti setan, tertimpa langit di sore hari, tidak punya atasan dan tidak punya bawahan; adapun tandanya adalah: menanam pinang, kelapa, dislamkan; baik di luar busuk di dalam, tidak berbudi dan mengakali orang, berpedoman dua/tidak punya pendirian.
Walaupun demikian, ada semacam kesepakatan bahwa Bujang Malapangi dan keturunannya tetap dianggap pangkal waris dan berkedudukan di desa, sedangkan yang tetap tinggal di hutan dapat terus mempertahankan adat nenek moyang (Bujang Perantau dengan Putri Buah Gelumpang).
Versi keempat menceriterakan bahwa, konon pada masa lalu pantai Pulau Sumatera sering didatangi para bajak laut. Mereka biasanya datang bersama isteri dan anaknya. Suatu saat seorang anak lelakinya diketahui berhubungan intim dengan adik perempuannya. Padahal, hubungan seperti itu merupakan perbuatan yang dilarang oleh mereka. Oleh karena itu, kedua insan yang berbeda jenis kelaminnya itu dikenakan sanksi berupa pengucilan, yaitu ditinggalkan atau dibiarkan hidup berdua di hutan. Bahkan, bukan hanya itu; mereka tidak diperbolehkan untuk memper-lihatkan diri kepada orang lain. Di sanalah mereka akhirnya beranak-pinak kemudian mendirikan suatu perkampungan di daerah Ulu Kepayang, dekat Dusun Penamping yang terletak di pinggir sungai Lalan (sekarang termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera Selatan). Konon, inilah perkampungan pertama mereka.
Tampaknya perlu diketahui juga bahwa orang Kubu banyak yang berpindah ke Tanjung Semiring; tepatnya di tepi sungai Lalan, di hilir Dusun Karang Agung. Di daerah tersebut ada seorang yang bernama Temenggung. Orang itu kemudian diangkat sebagai kepala suku. Oleh karena itu, kepala Orang Kubu disebut sebagai temenggung. Mereka yang berada di daerah ini disebut dengan nama lebar Telapak, karena ciri fisik mereka yaitu dengan bentuk kaki yang lebar terutama kaum laki-lakinya. Dari Tumenggung yang berasal dari Blidah, Dusun Cambai dengan istrinya yang bernama Polot dari marga betung di daerah Banyuasin, Dusun Gemuruh, mereka memperoleh 6 (enam) orang anak laki-laki yang setiap orangnya mempunyai sifat dan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat Kubu, yakni: 1) sejaring pandai dalam hal menangkap ikan atau menjala ikan, 2) semincan atau semancam adalah sifat pengancam atau sifat pemberani, 3) semobah atau perobah adalah sifat yang senang berpindah-pindah/pemindah, 4) sebauk adalah ciri orang yang dihormati biasanya orang yang berjanggut atau berdagu ganda, 5) senanding adalah sifat pedagang, 6) semubung adalah sifat pendukung atau bekerjasama atau perantara. Nama-nama tersebut di atas juga dikenakan oleh Temenggung sendiri, dengan harapan seorang Tumenggung akan memiliki atau mempunyai keenak sifat dan keahlian tadi. Sifat yang paling menonjol bagi seorang Temengung adalah senang mengem-bara, berpindah-pindah tempat bersama istri dan anak-anaknya. Seperti halnya perpindahan mereka ke teluk Sendawar di tepi sungai Lalan, antara daerah Bayung Lincir dan Muara Bahar. Di tempat ini pun mereka tidak bertahan lama, mereka berpindah lagi ke daerah Rambahan di tepi sungai ke arah hulu Muara Bahar. Di daerah ini mereka menetap agal lama, sampai mereka beranak-pinak. Setelah itu Temenggung beserta istrinya scara tiba-tiba menghilang dan tidak pernah kembali lagi, menurut kepercayaan masyarakat suku Anak Dalam temenggung dan istrinya tidak meninggal dunia. Setelah ditinggal pergi Temenggung dan istrinya, seluruh keturunan mereka mengadakan pertemuan atau mu-syawarah di Muara Bahar. Mereka berkeinginan untuk memisahkan diri, masing-masing ingin mencari tempat tinggal sendiri-sendiri, oleh karena itulah nama Muara Bahar juga dikenal dengan nama Muara Lebaran yakni tempat dimana mereka mulai berpencar, berpisah. Tetapi ada juga masyarakat Kubu yang tetap tinggal di ulu Kepayang, tidak ikut dalam perpindahan tetapi menetap di sekitar dusun penamping (daerah sekitar Muara Bahar).
Mereka sangat jarang menceritakan asal usul, keturunan atau atau silsilah mereka, karena mereka tahu dan merasa bahwa mereka merupakan keturunan dari hasil perbuatan sumbang (incest). Disamping dianggap kurang sopan juga merupakan aib atau noda bagi diri mereka sendiri. Untuk menyebutkan nama orang tuanya pun mereka merasa cemas, karena mereka takut akan mendapatkan malapetaka, mendatangkan pengaruh jahat. Apalagi menyebutkan cikal bakal mereka yang melakukan zinah. Oleh sebab itu mereka lebih senang mengatakan bahwa cikal bakal mereka berasal dari Temenggung dan Polot. Dari keturunan Temenggung dari sebagian pergi ke Nyarang yakni sebuah sungai kecil di sebelah hilir dusun bakung. Sebagian lagi pergi ke arah hulu sungai Bahar, sebagian lain menetap di sepanjang sungai Bayat dan mendirikan perkampungan Kelapa Sebatang. Dinamakan kampung Kelapa Sebatang karena orang kubu disitu telah menanam sebatang pohon kelapa sebagai hiasan. Namun, buah kelapa yang telah dihasilkan dari pohon tersebut, tidak ada yang berani mengambil dan memakannya, karena menurut anggapan mereka sesuatu yang ditanam atau dipelihara apabila dimakan akan membuat mereka jatuh sakit. Suatu ketika ada orang luar yang datang ke perkampungan mereka dan bertanya mengapa buah kelapa tersebut tidak dimanfaatkan atau dimakan, orang Kubu menjawab bahwa buah kelapa bisa membuat orang mabuk dan tidak baik. Oleh orang luar tadi diberitahukan bahwa air kelapa manis rasanya dan dagingnya enak, orang tersebut mengambil sebutir kelapa dan mengupasnya serta meminum air serta memakan daging-nya. Setelah melihat bahwa memang tidak berakibat apa-apa, maka orang-orang Kubu pun baru percaya bahwa air kelapa dan daing kelapa ternyata bermanfaat bagi manusia. Setelah kedatngan orang luar tadi, mereka berpindah tempat lagi dan mendirikan perkampungan baru yang terletak di antara daerah Lubuk Malang dan Laman Petai, mereka menamakan kampung tersebut dengan nama Kelapa Banyak, karena mereka mulai menanami daerah tersebut dengan pohon-pohon kelapa. Demikianlah sampai akhirnya perpindahan masyarakat Kubu sampai ke daerah Jambi sekarang ini.
Versi kelima mengatakan bahwa masyarakat Suku Anak Dalam atau Kubu adalah orang-orang dari kerajaan Sriwijaya. Pada saat Sriwijaya mengalami keruntuhan karena serangan kerajaan Cola (India), orang-orang Sriwijaya yang tidak mau tunduk di bawah kekuasaan asing tadi melarikan diri ke hutan, sehingga mereka akhirnya dikenal sebagai orang Kubu seperti saat sekarang ini.
Berdasarkan Literatur
Ras Paleo-Mongolid atau Melayu Tua merupakan asal-usul bangsa Melayu yang paling banyak ditemui di Indonesia yang oleh Von Eickstedt digolongan atau dike-lompokan lagi dalam istilah Proto Melayu dan Deustero Melayu. Salah satu unsur dari sisa ras tersebut yang dapat dijumpai di Indonesia adalah yang disebut dengan nama Weddid atau Weddoid. Nama tersebut berasal dari nama bangsa Wedda yang hidup di Sri langka, dengan ciri-ciri fisik antara lain rambut berombak tegang atau kaku, dan lengkung alis yang agak menjorok ke depan. Di Indonesia tipe itu terutama dijumpai di semenanjung barat daya Sulawesi (daerah Toala, Tomuna, dan tokea), di Sumatera Selatan dan Jambi, yakni suku Kubu, semua itu masuk dalam golongan Proto-Melayu mempunyai ciri-ciri fisik antara lain badan agak tinggi dibandingkan dengan kelompok yang pertama, ramping, bundar wajahnya, bibir tebal, hidung lebar dan pesek, rambut kejur hitam, dan wajah mirip raut wajah Mongol seperti tulang pipi menonjol dan mata sipit. Golongan pertama dianggap yang mula-mula datang ke nusantara, kemudian didesak atau terdesak oleh golongan yang kedua ke pedalaman. Proto-Melayu dianggap sebagai kelompok yang lebih murni, sedangkan Deutero-Melayu telah mengalami berbagai kelompok yang lebih murni, sedangkan Deutero-Melayu telah mengalami berbagai pengaruh atau campuran dengan sukubangsa di pesisir. Ini artinya bahwa Orang Kubu termasuk dalam Paleo-Mongoloid.

Sumber:
Galba, Sindu. 2002. “Manusia dan Kebudayaan Kubu” (Nasakah Laporan Hasil Penelitian)
Melalatoa, J. 1995. Ensiklopedi Sukubangsa di Indonesia. Jilid A–K. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.